Tuesday, September 21, 2010 \\ 0 comment(s)

"Emang lu bisa nolak kalo dipilih sama cinta?" tanya seorang temen ke aku. Well, kata dia, kita tidak akan mampu menolak ketika cinta itu datang. Jadi menurut dia, sah-sah saja kalo sekarang ini dia lagi pacaran sama seorang laki-laki beristri :)
"Perasaan gue ke dia tu dalem banget, bukan mau gue kayak gini... tapi cinta yang memilih kami". Cinta yang memilih kami?? heheh puitis banget yah..

Iya, memang benar, siapa yang bisa menolak kalau — mengikuti istilah temen — dipilih cinta? Iya sih, jangankan memerhatikan status nikah orang tersebut, tai kucing aja jadinya berasa cokelat, katanya.

“Eh, tapi somehow aku percaya, cinta itu bertahan dan berkembang kalau dirawat. Kalau dari awal cinta yang ‘mampir’ itu nggak dirawat, nggak ditanggapi, ya pasti hilang juga, ya kan?”
“Jadi lo mau bilang, seharusnya gue nggak memperdulikan perasaan cinta gue sama dia? Memungkiri perasaan gue? Muna dong kalo gitu.” temen berkata sewot.
“Ya.. mbuhlah…”

“Gue salah kali ya?”
Tanya Temen lirih.
“Ya mbuh.” Jawab aku.
“Duuh. Dia itu orang yang tepat di waktu yang salah.” Keluh Temen,”Dan dia sering banget bilang, coba kalo dia ketemu gue lima tahun yang lalu. Dia pasti milih gue.”
“Ya tapi kenyataannya kan enggak gitu.” Sahut aku.
“Ya, ya, gue tau, semua orang yang nggak ada di posisi gue dan Masku pasti akan bersikap menyalahkan kami.” Temen mencibir.

Aku memilih sikap untuk diam. Aku tidak ada di posisinya, jadi nggak bisa berempati. Daripada salah ngomong dan terdengar sotoy, kan ya, mending diam.

“If you marry a man who cheats on his wife,
you’ll be married to a man who cheats on his wife.” ( Ann Landers)

Labels: ,




Layout by ©RISKADPERTIWI. Resources from one, two, three and four. All Rights Reserved.